Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan modus penculikan anak disertai penjualan organ tubuh marak di berbagai wilayah di Indonesia. "Setidaknya sudah terjadi di tiga daerah, di Bogor, Jawa Tengah, dan Tangerang," kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait kemarin.
Arist melihat adanya kesamaan modus dalam kasus penculikan anak-anak yang terjadi di tiga daerah itu. "Anak dikembalikan dengan kondisi tubuh yang tidak lagi lengkap, sekaligus diberikan uang."
Arist melihat adanya kesamaan modus dalam kasus penculikan anak-anak yang terjadi di tiga daerah itu. "Anak dikembalikan dengan kondisi tubuh yang tidak lagi lengkap, sekaligus diberikan uang."
Di Jawa Tengah, ada anak yang diculik lalu dikembalikan tanpa organ. Mulut anak itu disumpal uang Rp 1 juta. Seorang bocah laki-laki kembali kepada keluarganya di daerah perbatasan Jayanti, Tangerang, dan Cikande, Serang, beberapa waktu lalu tanpa ginjal.
Arist berharap polisi dapat mengambil langkah tegas atas kasus semacam ini. "Apalagi itu menimbulkan keresahan masyarakat dan membuat mereka berani main hakim sendiri," katanya.
Tindakan main hakim sendiri akibat merebaknya kabar penculikan anak memang memakan korban pada Sabtu malam lalu. Dua orang tewas akibat aksi main hakim sendiri oleh warga. Peristiwa itu terjadi di Kecamatan Gunung Keler dan Kresek, Kabupaten Tangerang, Sabtu malam lalu. Tindakan anarkistis tersebut dilakukan karena warga terpancing isu penculik anak.
Sabtu malam lalu, massa membakar seorang lelaki paruh baya yang diduga hendak menculik anak hingga tewas di Kresek, Kabupaten Tangerang.
Ratusan penduduk kampung mengeroyok dan membakar lelaki yang belum diketahui identitasnya itu ketika gosip merebak bahwa lelaki tersebut hendak menculik seorang anak di kampung itu. Warga yang cemas dan panik mengejar si lelaki yang berlari keluar kampung.
Warga yang datang dari berbagai penjuru kampung mengepung, memukuli, menyiramnya dengan bensin, dan membakar orang yang belum terbukti menculik anak tersebut. "Ketika ditanya warga, lelaki itu lari dan warga mengejar. Dia dibakar dengan bensin," kata petugas jaga Polsek Kresek yang piket malam itu, Brigadir Mahendra, kemarin.
Petugas Kepolisian Sektor Kresek mencoba mengamankan situasi dan menyelamatkan lelaki tersebut, tapi terlambat. Lelaki itu keburu tewas di tangan massa. Jenazah korban dibawa ke Rumah Sakit Polri dr Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Warga Gunung Keler, Kabupaten Tangerang, Sabtu malam lalu juga mengeroyok seorang yang diduga berusia 29-35 tahun hingga tewas karena tersulut isu penculikan anak. Kepala Satuan Resor Kriminal Polres Metro Kabupaten Tangerang Komisaris Arif Setiawan mengatakan seorang yang belum diketahui identitasnya itu kabur ketika ditanyai identitasnya. Warga lalu beramai-ramai mengejar mengeroyoknya. "Lelaki itu meninggal sebelum dilarikan ke puskesmas," ujar Ari.
Arif curiga kedua lelaki yang dikeroyok massa adalah orang yang tidak waras yang kebetulan melintasi kampung itu.
Juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Boy Rafli Amar, menyayangkan aksi main hakim sendiri oleh warga Kabupaten Tangerang. "Sudah seharusnya mereka tidak main hakim sendiri seperti itu, percayakan pengusutannya pada polisi," kata Boy kemarin.
Polisi, kata Boy, pasti akan menyelidiki dugaan penculikan anak serta perdagangan organ tubuh manusia yang marak di Tangerang dan Tangerang Selatan. Hanya, "Sampai saat ini belum ada laporan yang masuk pada kami mengenai hal itu." Yang ada beberapa laporan kasus penculikan yang sebagian pelakunya sudah tertangkap. Namun Arist menilai polisi terlalu lamban menangani kasus ini.
tempointeraktif