Kurang tidur bisa membuat badan tambah gemuk karena memicu perubahan hormonal yang akan merangsang rasa lapar. Para ilmuwan mengungkapkan bukti-bukti perihal kuantitas tidur yang buruk bisa mengakibatkan perubahan hormonal yang akan meningkatkan rasa lapar dan nafsu makan. Terutama untuk asupan yang berbahaya seperti donat dan kentang goreng.
"Kita semua harus lebih waspada, karena ternyata memang ada kaitannya antara tidur dengan obesitas," ujar J. Catesby Ware, direktur Sleep Disorder Center dari Sentara Norfolk General Hospital di Norfolk, VA dikutip prevention.
Ware dan teman-temannya telah meneliti lebih dari 1.000 orang pria dan wanita. Mereka menemukan sukarelawan yang kurang tidur ternyata juga memiliki bobot tubuh yang berlebih.
Kini, Ware sedang memfokuskan penelitiannya pada kelompok lain yang berjumlah 1.000 orang. Ware mengukur kebiasaan tidur para sukarelawan setiap hari dan membandingkannya dengan data-data awal yang didapat dari penelitian sebelumnya. Ternyata, hasilnya juga sama. Kualitas tidur yang buruk, sama saja dengan memiliki pola makan yang buruk dan tubuh yang lebih besar.
Eve Van Cauter, professor of medicine dari Unniversity of Chicago, dalam penelitiannya menemukan fakta, ketika 12 pria sehat berusia 20 tahunan diminta untuk tidur 4 jam setiap malam, selama 2 hari secara berturut-turut, ternyata mengalami peningkatan rasa lapar hingga 24 persen.
Tidak hanya itu, Cauter juga mencatat tingkat hormon leptin, yaitu hormon yang mengantarkan pesan “kenyang” ke otak, mengalami penurunan hingga 18% pada kaum laki-laki. Sedangkan sebaliknya, tingkat hormon ghrelin (yang memicu rasa lapar) mengalami peningkatan sampai 28%, dan mendorong kita melakukan ngemil permen, kue, dan roti.
The National Sleep Foundation menyatakan lebih dari 70% orang dewasa, pada usia 18 tahun memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam setiap malam pada hari biasa, dan 40% hanya tidur kurang dari 7 jam setiap harinya. Tidur yang baik antara 7-8 jam tiap malam bisa menurunkan risiko peningkatan berat badan.
"Kita semua harus lebih waspada, karena ternyata memang ada kaitannya antara tidur dengan obesitas," ujar J. Catesby Ware, direktur Sleep Disorder Center dari Sentara Norfolk General Hospital di Norfolk, VA dikutip prevention.
Ware dan teman-temannya telah meneliti lebih dari 1.000 orang pria dan wanita. Mereka menemukan sukarelawan yang kurang tidur ternyata juga memiliki bobot tubuh yang berlebih.
Kini, Ware sedang memfokuskan penelitiannya pada kelompok lain yang berjumlah 1.000 orang. Ware mengukur kebiasaan tidur para sukarelawan setiap hari dan membandingkannya dengan data-data awal yang didapat dari penelitian sebelumnya. Ternyata, hasilnya juga sama. Kualitas tidur yang buruk, sama saja dengan memiliki pola makan yang buruk dan tubuh yang lebih besar.
Eve Van Cauter, professor of medicine dari Unniversity of Chicago, dalam penelitiannya menemukan fakta, ketika 12 pria sehat berusia 20 tahunan diminta untuk tidur 4 jam setiap malam, selama 2 hari secara berturut-turut, ternyata mengalami peningkatan rasa lapar hingga 24 persen.
Tidak hanya itu, Cauter juga mencatat tingkat hormon leptin, yaitu hormon yang mengantarkan pesan “kenyang” ke otak, mengalami penurunan hingga 18% pada kaum laki-laki. Sedangkan sebaliknya, tingkat hormon ghrelin (yang memicu rasa lapar) mengalami peningkatan sampai 28%, dan mendorong kita melakukan ngemil permen, kue, dan roti.
The National Sleep Foundation menyatakan lebih dari 70% orang dewasa, pada usia 18 tahun memiliki waktu tidur kurang dari 8 jam setiap malam pada hari biasa, dan 40% hanya tidur kurang dari 7 jam setiap harinya. Tidur yang baik antara 7-8 jam tiap malam bisa menurunkan risiko peningkatan berat badan.
TRIBUNNEWS.COM-