Gangguan emosional akibat stres pasca-trauma biasanya diatasi dengan psikoterapi atau terapi bicara. Untuk meningkatkan keberhasilan terapi tersebut, kini para ilmuwan menawarkan bantuan ekstasi.
Studi skala kecil yang dilakukan pada 20 pasien menunjukkan, psikotropika ini aman dan meningkatkan efek psikoterapi. Pertolongan psikiater dalam psikoterapi diperlukan untuk menangani gangguan emosional dalam bentuk rasa sedih yang berlebihan, ketakutan, atau perasaan hampa.
Karena baru diujicobakan kepada responden yang berjumlah sedikit, kini para ilmuwan Amerika berencana melakukan uji coba terhadap kelompok yang lebih besar, yakni pada veteran militer. Meski demikian, para ahli masih menunggu bukti-bukti lain yang mendukung hasil penelitian awal tersebut.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of Psychopharmacology, tim peneliti mengungkapkan bahwa pasien yang dipilih dalam riset ini hanya mereka yang mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) selama beberapa tahun dan gagal dalam menjalani terapi pemulihan mental lainnya.
Pada percobaan, pasien diberikan jadwal 28 jam sesi psikoterapi selama beberapa minggu terpisah. Sebanyak 12 orang diberikan ekstaksi dan delapan orang diberi pil plasebo. Dua bulan kemudian, 10 dari 12 pasien yang mendapat ekstasi menunjukkan respons positif pada terapi. Sebaliknya, hanya 2 dari 8 pasien yang mendapat plasebo yang menunjukkan kemajuan.
Sejauh ini tidak dilaporkan adanya efek buruk dari penggunaan psikotropika dalam studi tersebut. Menurut dr Michael Mithoefer, ketua peneliti, terapi untuk pasien PTSD akan membawa pasien "mendatangi lagi" kondisi yang menimbulkan trauma.
Psikoterapi merupakan sebuah proses untuk mengurangi atau mengontrol permasalahan serta simtom-simtom yang menyakitkan sehingga pasien bisa kembali normal.
Meski kebanyakan orang yang menjalani psikoterapi merasakan perkembangan yang signifikan, pengobatan ini bukan sesuatu yang bisa diharapkan mengatasi persoalan dengan cepat. Kegagalan terapi ini sering kali karena pasien tidak mau membuka diri atau perasaannya sudah "tumpul". "Penggunaan psikotropika akan membuat pasien lebih masuk pada zona terapi dan membantu mereka memproses trauma," kata Mithoefer.
Studi skala kecil yang dilakukan pada 20 pasien menunjukkan, psikotropika ini aman dan meningkatkan efek psikoterapi. Pertolongan psikiater dalam psikoterapi diperlukan untuk menangani gangguan emosional dalam bentuk rasa sedih yang berlebihan, ketakutan, atau perasaan hampa.
Karena baru diujicobakan kepada responden yang berjumlah sedikit, kini para ilmuwan Amerika berencana melakukan uji coba terhadap kelompok yang lebih besar, yakni pada veteran militer. Meski demikian, para ahli masih menunggu bukti-bukti lain yang mendukung hasil penelitian awal tersebut.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam Journal of Psychopharmacology, tim peneliti mengungkapkan bahwa pasien yang dipilih dalam riset ini hanya mereka yang mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) selama beberapa tahun dan gagal dalam menjalani terapi pemulihan mental lainnya.
Pada percobaan, pasien diberikan jadwal 28 jam sesi psikoterapi selama beberapa minggu terpisah. Sebanyak 12 orang diberikan ekstaksi dan delapan orang diberi pil plasebo. Dua bulan kemudian, 10 dari 12 pasien yang mendapat ekstasi menunjukkan respons positif pada terapi. Sebaliknya, hanya 2 dari 8 pasien yang mendapat plasebo yang menunjukkan kemajuan.
Sejauh ini tidak dilaporkan adanya efek buruk dari penggunaan psikotropika dalam studi tersebut. Menurut dr Michael Mithoefer, ketua peneliti, terapi untuk pasien PTSD akan membawa pasien "mendatangi lagi" kondisi yang menimbulkan trauma.
Psikoterapi merupakan sebuah proses untuk mengurangi atau mengontrol permasalahan serta simtom-simtom yang menyakitkan sehingga pasien bisa kembali normal.
Meski kebanyakan orang yang menjalani psikoterapi merasakan perkembangan yang signifikan, pengobatan ini bukan sesuatu yang bisa diharapkan mengatasi persoalan dengan cepat. Kegagalan terapi ini sering kali karena pasien tidak mau membuka diri atau perasaannya sudah "tumpul". "Penggunaan psikotropika akan membuat pasien lebih masuk pada zona terapi dan membantu mereka memproses trauma," kata Mithoefer.
kompas.com