ADA anggapan dalam masyarakat, orang yang berperut buncit adalah orang yang berkecukupan secara materi. Ang-gapan tersebut sebenarnya tidak seluruhnya salah.
Karena perut menjadi buncit salah satunya memang disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan melebihi energy yang dibutuhkan dan kurang beraktivitas.
Tentu saja, untuk menda-patkan makanan yang dikonsumsi haruslah mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Maka tidak jarang, seseorang membiarkan begitu saja ketika perutnya membuncit dan bertambah buncit. Padahal sangat berbahaya sekali jika membiarkan timbunan lemak berada di dalam perut.
Di dalam perut terdapat organ pencernaan seperti, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus buntu, hingga usus besar yang merupakan bagian utama sistem pencernaan manusia. Ada ginjal, hati, pankreas, dan limpa sebagai pendukung proses pencernaan.
Ketika mengonsumsi ma-kanan, organ pencernaan dan organ pendukung mengurai makanan hingga menjadi zat yang dibutuhkan sel serta tubuh. Namun jumlah asupan dari zat tersebut bisa terjadi selisih, bisa disebabkan oleh jumlah makanan yang terlalu banyak maupun proses mencerna yang kurang optimal.
Setelah mengonsumsi bahan makanan dengan kandungan gula atau karbohidrat, akan dihasilkan gula di dalam darah. Secara otomatis pankreas mengeluarkan ensim insulin untuk membong-karnya menjadi enerji yang dibutuhkan sel.
Bila pembongkaran gula darah kurang optimal, misalkan karena berkurangnya efektivitas enzim insulin oleh lemak dalam darah atau jumlah asupan zat gula terlalu banyak, maka sisa gula tersebut akan tersimpan sebagai lemak dalam tubuh.
Lemak tersebut terdistribusi dalam rongga perut, di antara organ dalam dan rongga dada. Efek langsung dari lemak dalam tubuh yang berlebih, menyebabkan menderita obesitas sentral. Pada wanita, hormon seks wanita (estrogen) membantu distribusi lemak ke pantat, paha, dan pinggul, sehingga mengu-rangi risiko obesitas sentral di usia produktif. Sedang pada pria, lemak lebih banyak terdistribusi di perut karena hormon seks yang ber-beda.
Pengukuran lingkar perut sebenarnya merupakan salah satu metode menilai jaringan lemak di perut. Pengukuran lingkat perut tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang telah masuk dalam kategori berisiko obesitas dan terjadi komplikasi metabolic. Kondisi itu meningkatkan potensi terja-dinya sindrom metabolik seperti kencing manis (diabetes mel-litus), darah tinggi (hipertensi), gang-guan lemak darah/ kolesterol (dislipidemia), dan dapat meningkatkan risiko terjadi penyakit kardiovaskular dan penyumbatan pembuluh darah. Batasan lingkar perut yang ditetapkan oleh WHO di wilayah Asia Pasifik untuk pria adalah di bawah 90 cm dan di bawah 80 cm untuk wanita.
Jika diperhatikan, memang lebih banyak pria yang memiliki perut buncit daripada wanita. Ini terjadi karena kebanyakan pria cenderung menyimpan lemak di perut atas dan panggul (bentuk tubuh apel), sehingga pria lebih berpotensi memiliki perut buncit. Sedangkan sebagian besar wanita sebelum menopause cenderung menyimpan lemak di perut bawah, sisi paha, pinggul, dan pantat (bentuk tubuh seperti buah pir). Setelah menopause, lemak akan lebih banyak tersimpan di perut.
Ada banyak hal yang menye-babkan perut menjadi buncit, diantaranya adalah:
1.Usia
Tidak bisa dipungkiri, aktivitas akan berkurang seiring dengan pertambahan usia. Massa otot juga akan berkurang ketika latihan atau aktivitas sudah kurang intens. Ini menyebabkan penambahan berat badan dan lingkar perut, apalagi aktivitas yang berkurang tidak diikuti dengan mengurangi asupan kalori.
2.Gen
Beberapa pendapat mengatakan, perut buncit juga karena keturunan. Jika orangtua atau kakek-nenek memiliki perut buncit, maka potensi untuk memiliki perut buncit pun semakin besar. Dengan kata lain, orang dapat berkecenderungan me-numpuk lemak di perut secara genetik. Namun, jika tidak mengalami pertambahan berat badan yang radikal, bagian tengah tubuh tidak akan berkembang pesat. Hal ini telah dikodekan dalam gen dan tidak dapat dikendalikan ke mana lemak akan tersimpan. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menghindari pertambahan berat badan berlebih.
3.Pola Hidup
Pola makan yang tidak benar adalah penyebab utama pertambahan lingkar perut. Kebiasaan hidup yang kurang aktivitas dan konsumsi makanan yang berlebih dari energi yang dibutuhkan, membuat sisa kalori disimpan sebagai lemak dalam sel-sel lemak.
Lemak menumpuk di seluruh tubuh, termasuk daerah perut, dan akan meningkat seiring pertambahan berat badan dan gaya hidup yang buruk. Kalori berlebih ini tersimpan dalam banyak makanan rendah serat maupun tinggi lemak jenuh. Makanan seperti olahan daging, beberapa jenis margarin, goreng-gorengan terutama dengan minyak goreng yang digunakan berulang, sayur kalengan, beberapa makanan ringan, kue daging merah, dan masih banyak lagi.
4.Hormon
Peningkatan stres dalam kehi-dupan sehari-hari seperti kura-ngnya tidur, dapat menyebabkan lemak perut bertambah. Kondisi kurang tidur meningkatkan pro-duksi hormon kortisol dalam otak dan ini meningkatkan penum-pukan lemak perut.
5.Kurang Olahraga
Kegiatan yang kurang dilakukan membuat lemak tetap tertimbun di dalam tubuh, dan olahraga merupakan cara yang ampuh untuk membakar lemak lemak tersebut. Maka orang yang berperut buncit sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga. Seperti situp dan jogging.
Penyakit Perut Buncit
Perut membuncit bukan hanya memberi dampak pada penampilan fisik secara estetika, namun juga membawa risiko kesehatan yang tidak sepele. Secara keseluruhan, dapat dikatakan pertambahan lingkar perut atau penderita obesitas sentral sangat berhubungan dengan risiko penyakit yang pada akhirnya mengurangi harapan hidup. Terdapat pengurangan umur harapan hidup pada penderita obesitas, sekitar tujuh tahun, dan 13 tahun untuk penderita obesitas yang juga seorang perokok. Ada beberapa penyakit yang terdapat di balik perut buncit, di antaranya:
1.Resistensi Insulin
Bertambahnya lingkar perut, otomatis terjadi peningkatan jaringan lemak tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan insulin (resistensi insulin). Obesitas yang menyebabkan tingginya asam lemak bebas dalam darah men-stimulasi pelepasan sitokin yang dapat menurunkan sensitivitas insulin.
2.Diabetes Melitus Tipe 2
Kondisi resistensi insulin yang terus berlanjut disertai pola makan yang tinggi kalori, membuat tubuh berusaha mengimbangi dengan memproduksi insulin ekstra. Tujuannya untuk mengimbangi asupan kalori dan menstabilkan gula dalam darah. Sayangnya, kemampuan ini sangat tergantung sel-B dalam pankreas. Apabila kemampuan adaptasi sel yang mengatur peningkatan produksi insulin ini berkurang, maka suatu saat tubuh gagal menoleransi glukosa hingga menjadi gangguan diabetes melitus tipe 2.
3.Jantung Koroner
Kondisi rendahnya sensitivitas insulin menyebabkan abnor-malitas metabolisma tubuh, seperti dislipidemia, hipertensi, arterosklerosis, dan pembentukan prokoagulan (pemercepat pembekuan darah). Ini adalah faktor-faktor risiko penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Lingkar perut yang berlebih bukan hanya membuat penampilan menjadi buruk. Ada risiko penyakit sistemik dan kronik memba-hayakan tersembunyi yang bisa menyergap kapan saja.
Karena perut menjadi buncit salah satunya memang disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan melebihi energy yang dibutuhkan dan kurang beraktivitas.
Tentu saja, untuk menda-patkan makanan yang dikonsumsi haruslah mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Maka tidak jarang, seseorang membiarkan begitu saja ketika perutnya membuncit dan bertambah buncit. Padahal sangat berbahaya sekali jika membiarkan timbunan lemak berada di dalam perut.
Di dalam perut terdapat organ pencernaan seperti, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus buntu, hingga usus besar yang merupakan bagian utama sistem pencernaan manusia. Ada ginjal, hati, pankreas, dan limpa sebagai pendukung proses pencernaan.
Ketika mengonsumsi ma-kanan, organ pencernaan dan organ pendukung mengurai makanan hingga menjadi zat yang dibutuhkan sel serta tubuh. Namun jumlah asupan dari zat tersebut bisa terjadi selisih, bisa disebabkan oleh jumlah makanan yang terlalu banyak maupun proses mencerna yang kurang optimal.
Setelah mengonsumsi bahan makanan dengan kandungan gula atau karbohidrat, akan dihasilkan gula di dalam darah. Secara otomatis pankreas mengeluarkan ensim insulin untuk membong-karnya menjadi enerji yang dibutuhkan sel.
Bila pembongkaran gula darah kurang optimal, misalkan karena berkurangnya efektivitas enzim insulin oleh lemak dalam darah atau jumlah asupan zat gula terlalu banyak, maka sisa gula tersebut akan tersimpan sebagai lemak dalam tubuh.
Lemak tersebut terdistribusi dalam rongga perut, di antara organ dalam dan rongga dada. Efek langsung dari lemak dalam tubuh yang berlebih, menyebabkan menderita obesitas sentral. Pada wanita, hormon seks wanita (estrogen) membantu distribusi lemak ke pantat, paha, dan pinggul, sehingga mengu-rangi risiko obesitas sentral di usia produktif. Sedang pada pria, lemak lebih banyak terdistribusi di perut karena hormon seks yang ber-beda.
Pengukuran lingkar perut sebenarnya merupakan salah satu metode menilai jaringan lemak di perut. Pengukuran lingkat perut tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang telah masuk dalam kategori berisiko obesitas dan terjadi komplikasi metabolic. Kondisi itu meningkatkan potensi terja-dinya sindrom metabolik seperti kencing manis (diabetes mel-litus), darah tinggi (hipertensi), gang-guan lemak darah/ kolesterol (dislipidemia), dan dapat meningkatkan risiko terjadi penyakit kardiovaskular dan penyumbatan pembuluh darah. Batasan lingkar perut yang ditetapkan oleh WHO di wilayah Asia Pasifik untuk pria adalah di bawah 90 cm dan di bawah 80 cm untuk wanita.
Jika diperhatikan, memang lebih banyak pria yang memiliki perut buncit daripada wanita. Ini terjadi karena kebanyakan pria cenderung menyimpan lemak di perut atas dan panggul (bentuk tubuh apel), sehingga pria lebih berpotensi memiliki perut buncit. Sedangkan sebagian besar wanita sebelum menopause cenderung menyimpan lemak di perut bawah, sisi paha, pinggul, dan pantat (bentuk tubuh seperti buah pir). Setelah menopause, lemak akan lebih banyak tersimpan di perut.
Ada banyak hal yang menye-babkan perut menjadi buncit, diantaranya adalah:
1.Usia
Tidak bisa dipungkiri, aktivitas akan berkurang seiring dengan pertambahan usia. Massa otot juga akan berkurang ketika latihan atau aktivitas sudah kurang intens. Ini menyebabkan penambahan berat badan dan lingkar perut, apalagi aktivitas yang berkurang tidak diikuti dengan mengurangi asupan kalori.
2.Gen
Beberapa pendapat mengatakan, perut buncit juga karena keturunan. Jika orangtua atau kakek-nenek memiliki perut buncit, maka potensi untuk memiliki perut buncit pun semakin besar. Dengan kata lain, orang dapat berkecenderungan me-numpuk lemak di perut secara genetik. Namun, jika tidak mengalami pertambahan berat badan yang radikal, bagian tengah tubuh tidak akan berkembang pesat. Hal ini telah dikodekan dalam gen dan tidak dapat dikendalikan ke mana lemak akan tersimpan. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menghindari pertambahan berat badan berlebih.
3.Pola Hidup
Pola makan yang tidak benar adalah penyebab utama pertambahan lingkar perut. Kebiasaan hidup yang kurang aktivitas dan konsumsi makanan yang berlebih dari energi yang dibutuhkan, membuat sisa kalori disimpan sebagai lemak dalam sel-sel lemak.
Lemak menumpuk di seluruh tubuh, termasuk daerah perut, dan akan meningkat seiring pertambahan berat badan dan gaya hidup yang buruk. Kalori berlebih ini tersimpan dalam banyak makanan rendah serat maupun tinggi lemak jenuh. Makanan seperti olahan daging, beberapa jenis margarin, goreng-gorengan terutama dengan minyak goreng yang digunakan berulang, sayur kalengan, beberapa makanan ringan, kue daging merah, dan masih banyak lagi.
4.Hormon
Peningkatan stres dalam kehi-dupan sehari-hari seperti kura-ngnya tidur, dapat menyebabkan lemak perut bertambah. Kondisi kurang tidur meningkatkan pro-duksi hormon kortisol dalam otak dan ini meningkatkan penum-pukan lemak perut.
5.Kurang Olahraga
Kegiatan yang kurang dilakukan membuat lemak tetap tertimbun di dalam tubuh, dan olahraga merupakan cara yang ampuh untuk membakar lemak lemak tersebut. Maka orang yang berperut buncit sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga. Seperti situp dan jogging.
Penyakit Perut Buncit
Perut membuncit bukan hanya memberi dampak pada penampilan fisik secara estetika, namun juga membawa risiko kesehatan yang tidak sepele. Secara keseluruhan, dapat dikatakan pertambahan lingkar perut atau penderita obesitas sentral sangat berhubungan dengan risiko penyakit yang pada akhirnya mengurangi harapan hidup. Terdapat pengurangan umur harapan hidup pada penderita obesitas, sekitar tujuh tahun, dan 13 tahun untuk penderita obesitas yang juga seorang perokok. Ada beberapa penyakit yang terdapat di balik perut buncit, di antaranya:
1.Resistensi Insulin
Bertambahnya lingkar perut, otomatis terjadi peningkatan jaringan lemak tubuh. Ini dapat menyebabkan gangguan insulin (resistensi insulin). Obesitas yang menyebabkan tingginya asam lemak bebas dalam darah men-stimulasi pelepasan sitokin yang dapat menurunkan sensitivitas insulin.
2.Diabetes Melitus Tipe 2
Kondisi resistensi insulin yang terus berlanjut disertai pola makan yang tinggi kalori, membuat tubuh berusaha mengimbangi dengan memproduksi insulin ekstra. Tujuannya untuk mengimbangi asupan kalori dan menstabilkan gula dalam darah. Sayangnya, kemampuan ini sangat tergantung sel-B dalam pankreas. Apabila kemampuan adaptasi sel yang mengatur peningkatan produksi insulin ini berkurang, maka suatu saat tubuh gagal menoleransi glukosa hingga menjadi gangguan diabetes melitus tipe 2.
3.Jantung Koroner
Kondisi rendahnya sensitivitas insulin menyebabkan abnor-malitas metabolisma tubuh, seperti dislipidemia, hipertensi, arterosklerosis, dan pembentukan prokoagulan (pemercepat pembekuan darah). Ini adalah faktor-faktor risiko penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. Lingkar perut yang berlebih bukan hanya membuat penampilan menjadi buruk. Ada risiko penyakit sistemik dan kronik memba-hayakan tersembunyi yang bisa menyergap kapan saja.