Kehidupan modern yang identik dengan sifat individualisme mengancam kehidupan sosial masyarakat. Ancaman itu tidak melulu berkaitan dengan naluri sosial manusia melainkan pula memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Sebuah studi di Inggris mengungkap keberadaan sahabat atau teman membantu seseorang untuk hidup lebih lama. Pasalnya, seseorang yang tidak memiliki teman atau sahabat diprediksikan memiliki umur yang lebih pendek.
Riset bersama antara Brigham Young University, Utah dan University of North Carolina menyebutkan seseorang yang memiliki banyak teman dan sahabat memiliki rata-rata umur lebih panjang sekitar 3.7 persen atau sekitar 50 persen dari individu yang tidak memiliki teman. Tak hanya itu, studi juga mnegungkap keberadaan teman memberikan efek pada berhentinya seseorang dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman keras, obesitas dan minimnya aktivitas fisik.
"Keberadaan sahabat atau teman membantu individu untuk hidup lebih mudah," ungkap Bert Uchino, pemimpin riset seperti yang dikutip dari healthday, Selasa (14/9). Menurut Bert, kehadiran teman atau sahabat memungkinkan individu tidak kesulitan mencari pinjaman uang, mendorong seseorang hidup lebih sehat dan menjadikan hidup seseorang lebih berwarna. Bert juga menyebut kehadiran teman juga memberikan efek psikologis yang sangat berarti bagi individu. "Dengan menjaga hubungan baik dengan kerat dan merasakan kasih sayang, masyarakat hidup lebih nyaman dan aman," tambahnya.
Sebelumnya, kedua kampus tersebut tengah meneliti hubungan antara kematian dan kesendirian pada setiap pria dan wanita dengan jenjang usia. Dari hasil riset tersebut terungkap masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang baik juga memiliki standar hidup yang lebih baik. Dalam sebuah sesi, Bert dan koleganya melakukan analisa terhadap tekanan darah dan memberikan tugas kepada para partisipa untuk mengisi sebuah buku harian.
Dari catatan yang diperoleh, Bert menyimpulkan, pribadi dengan tekanan darah normal tidak pernah merasa kurang dukungan moral dari sahabat dan keluarganya. "Sebagai manusia, kita punya sistem regulasi yang berbeda, seperti tekanan darah, metabolimse, hormon pemicu stres," kata Bert.
Secara terpisah, Teresa Ellen Seeman, Peneliti dari UCLA School of Public Health mengatakan terdapat data yang menunjukan adanya dugaan bahwa sistem kehidupan yang berlangsung dalam tubuh manusia sangat terpengaruh dengan interaksi sosial seseorang. "Individu yang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar memiliki tekanan darah yang sangat normal, demikian pula dengan level kolesterol, kadar glukosa, dan produksi hormon pemicu stres yang terbatas," ungkapnya.
Secara terpisah, Dr Antonio Gomez, peneliti dari the University of California mengatakan ada satu hal yang tidak terjawab daru riset yang dijalani Bert dan kolega. Hal itu adalah dampak laman jejaring sosial terhadap kematian. "Apakah benar jejaring sosial menghadirkan manfaat yang lebih baik ketimbang interaksi sosial secara tatap muka. Apakah benar, interaksi sosial dunia maya tidak menghindarkan seseorang dari depresi?" imbuhnya.
Riset bersama antara Brigham Young University, Utah dan University of North Carolina menyebutkan seseorang yang memiliki banyak teman dan sahabat memiliki rata-rata umur lebih panjang sekitar 3.7 persen atau sekitar 50 persen dari individu yang tidak memiliki teman. Tak hanya itu, studi juga mnegungkap keberadaan teman memberikan efek pada berhentinya seseorang dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi minuman keras, obesitas dan minimnya aktivitas fisik.
"Keberadaan sahabat atau teman membantu individu untuk hidup lebih mudah," ungkap Bert Uchino, pemimpin riset seperti yang dikutip dari healthday, Selasa (14/9). Menurut Bert, kehadiran teman atau sahabat memungkinkan individu tidak kesulitan mencari pinjaman uang, mendorong seseorang hidup lebih sehat dan menjadikan hidup seseorang lebih berwarna. Bert juga menyebut kehadiran teman juga memberikan efek psikologis yang sangat berarti bagi individu. "Dengan menjaga hubungan baik dengan kerat dan merasakan kasih sayang, masyarakat hidup lebih nyaman dan aman," tambahnya.
Sebelumnya, kedua kampus tersebut tengah meneliti hubungan antara kematian dan kesendirian pada setiap pria dan wanita dengan jenjang usia. Dari hasil riset tersebut terungkap masyarakat yang memiliki kehidupan sosial yang baik juga memiliki standar hidup yang lebih baik. Dalam sebuah sesi, Bert dan koleganya melakukan analisa terhadap tekanan darah dan memberikan tugas kepada para partisipa untuk mengisi sebuah buku harian.
Dari catatan yang diperoleh, Bert menyimpulkan, pribadi dengan tekanan darah normal tidak pernah merasa kurang dukungan moral dari sahabat dan keluarganya. "Sebagai manusia, kita punya sistem regulasi yang berbeda, seperti tekanan darah, metabolimse, hormon pemicu stres," kata Bert.
Secara terpisah, Teresa Ellen Seeman, Peneliti dari UCLA School of Public Health mengatakan terdapat data yang menunjukan adanya dugaan bahwa sistem kehidupan yang berlangsung dalam tubuh manusia sangat terpengaruh dengan interaksi sosial seseorang. "Individu yang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar memiliki tekanan darah yang sangat normal, demikian pula dengan level kolesterol, kadar glukosa, dan produksi hormon pemicu stres yang terbatas," ungkapnya.
Secara terpisah, Dr Antonio Gomez, peneliti dari the University of California mengatakan ada satu hal yang tidak terjawab daru riset yang dijalani Bert dan kolega. Hal itu adalah dampak laman jejaring sosial terhadap kematian. "Apakah benar jejaring sosial menghadirkan manfaat yang lebih baik ketimbang interaksi sosial secara tatap muka. Apakah benar, interaksi sosial dunia maya tidak menghindarkan seseorang dari depresi?" imbuhnya.