Merokok ganja menggunakan pipa ternyata efektif untuk meredakan nyeri pada pasien yang menderita kerusakan saraf. Penelitian pada pasien juga menunjukkan adanya perbaikan kualitas tidur dan peredaan terhadap kecemasan.
Para ahli dari Inggris mengungkapkan, meski potensinya sebagai obat nyeri masih kecil, efeknya dalam mengatasi gangguan sulit tidur dan depresi membuat para peneliti berniat untuk melakukan kajian lebih lanjut.
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 23 pasien yang menderita nyeri kronik akibat gangguan pada saraf. Sejauh ini belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit mereka. Namun, dalam uji coba menggunakan rokok ganja, para pasien itu mengaku bahwa gejala-gejala nyeri mereka berkurang.
Di bawah pengawasan perawat, pasien diminta menghisap rokok ganja dengan dosis 25 mg selama tiga kali sehari selama lima hari kemudian dilanjutkan dengan sembilan hari. Sebagian pasien diberi kandungan aktif ganja tetrahydrocannibinol sejumlah 2,5 persen, 6 persen, dan 9,4 persen. Sebagian lagi diberi plasebo.
Ternyata mereka yang mendapat dosis tertinggi mengalami pengurangan rasa nyeri yang signifikan dibanding dengan yang mendapat plasebo. Hal itu pun berpengaruh juga terhadap gangguan tidur dan kecemasan yang selama ini mereka rasakan.
Walau demikian, Tony Dickenson selaku pakar pengobatan nyeri dari University College London mengatakan, terapi ini tidak bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien. "Pada dasarnya, menghisap obat tidak akan menimbulkan efek psikoaktif seperti jika kita menggunakan ganja dalam jumlah lebih banyak," katanya
Para ahli dari Inggris mengungkapkan, meski potensinya sebagai obat nyeri masih kecil, efeknya dalam mengatasi gangguan sulit tidur dan depresi membuat para peneliti berniat untuk melakukan kajian lebih lanjut.
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 23 pasien yang menderita nyeri kronik akibat gangguan pada saraf. Sejauh ini belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit mereka. Namun, dalam uji coba menggunakan rokok ganja, para pasien itu mengaku bahwa gejala-gejala nyeri mereka berkurang.
Di bawah pengawasan perawat, pasien diminta menghisap rokok ganja dengan dosis 25 mg selama tiga kali sehari selama lima hari kemudian dilanjutkan dengan sembilan hari. Sebagian pasien diberi kandungan aktif ganja tetrahydrocannibinol sejumlah 2,5 persen, 6 persen, dan 9,4 persen. Sebagian lagi diberi plasebo.
Ternyata mereka yang mendapat dosis tertinggi mengalami pengurangan rasa nyeri yang signifikan dibanding dengan yang mendapat plasebo. Hal itu pun berpengaruh juga terhadap gangguan tidur dan kecemasan yang selama ini mereka rasakan.
Walau demikian, Tony Dickenson selaku pakar pengobatan nyeri dari University College London mengatakan, terapi ini tidak bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien. "Pada dasarnya, menghisap obat tidak akan menimbulkan efek psikoaktif seperti jika kita menggunakan ganja dalam jumlah lebih banyak," katanya