Mengapa kuda bisa kuat hanya dengan makan rumput? Mengapa ada burung bisa hidup hanya dengan makan buah-buahan? Mengapa manusia perlu memasak makanan mereka?
Itu paling tidak tiga pertanyaan yang kadang-kadang muncul dalam pikiran saya.
Kalau sedang lapar, saya membayangkan nasi, sambal, sayur oseng dan tempe goreng. Alangkah enaknya semua ini apalagi masih hangat-hangat. Kami di rumah biasa makan nasi-merah dari ladang sendiri. Kalau pas beras merah habis, saya terpaksa makan nasi putih - rasanya tak enak dan saya pun kurang yakin dengan nutrisi beras putih itu.
Saya vegetarian dalam 13 tahun terakhir ini. Kadang saya masih makan telor (biasanya ayam kampung). Kalau sedang dalam perjalanan, kalau tak ada tempe atau tahu, saya makan telor ayam-oto/negeri.
Salah satu kelemahan saya adalah makan tidak teratur. Bisa saya bilang, jadwal makan saya super-kacau-balau. Untuk jangka panjang, ini tentu tidak bagus bagi kesehatan saya.
Saya punya kebiasaan makan kalau sudah sangat lapar. Ini membuat saya makan dalam porsi yang banyak. Lalu saya menjadi kekenyangan dan ngantuk.
Saya makan buah setiap hari, macam-macam jenisnya. Di satu sisi, otak saya masih dalam format: kalau tidak makan nasi, sambal dan tahu-tempe, belum lengkap. Di sisi lain, saya sebenarnya juga tahu bahwa tanpa makan nasi, sambal, tahu-tempe — hanya makan buah-buahan dan sayur segar yang organik saja pun — manusia bisa hidup.
Adam dan Hawa di Taman Eden kan nggak masak; mereka cuma makan buah-buahan. Iya kan! Jadi mengapa kita begitu obsesif haru makan makanan yang dimasak?
Keuntungan Makan Buah dan Sayur Segar:
1. Kita tidak merasa kekenyangan walau makan banyak buah seperti kalau kita kekenyangan makan nasi. Tadi malam, setelah agak kekenyangan, saya bilang pada diri saya, “Kalau begini nggak menarik. Enak saat makan saja. Setelah makan, perut saya begini malah terasa berat. Mulai besok, saya mau praktekkan makan makanan yang tak perlu dimasak saja.”
2. Menyiapkannya mudah dan cepat. Kalau harus masak kan, apalagi pagi-pagi, ribet. Musti ngulek sambal dan memerlukan banyak peralatan.
3. Sudah mengandung protein yang cukup untuk tubuh manusia. Jadi tak perlu kuatir saya akan kekurangan protein. Dalam beberapa bulan belakangan ini, kami mempraktekkan makan buah-buahan dulu sebelum makan nasi dan lauk-pauknya. Biasanya, saya juga jadi jarang serapan pagi pakai nasi dan lauk karena sudah makan sepiring beberapa jenis buah-buahan.
4. Mengandung enzim dalam kondisi bagus. Saya merasa tubuh saya tidak selincah yang saya mau; dugaan saya karena pola makan saya yang buruk dan juga enzim dalam makanan saya yang sudah saya masak rusak lebih dari separohnya. Makanan yang dimasak kalau masuk ke dalam tubuh, sebagian menjadi beban bagi tubuh; membuat badan dan bahkan pikiran lelah.
5. Daya tahan tubuh menjadi lebih bagus. Ini saya yakin. Saya mau membuat diri saya sebagai manusia-percobaan bagaimana rasanya dan hasilnya kalau saya hanya makan makanan yang segar, tanpa ada yang perlu dimasak. Dalam sehari bagaimana, seminggu lalu sebulan. Kalau bisa sukses dalam sebulan, saya yakin bisa sukses dalam setahun dan seterusnya?
6. Menemukan jenis buah-buahan lokal yang langka dan menambah variasi buah sebagai menu sehari-hari. Untuk apa saya harus memasak makanan saya kalau ada makanan-makanan yang sebenarnya justru lebih sehat dan bergizi tanpa dimasak? Saya pun belum mengeksplorasi berbagai macam buah-buahan lokal menjadi menu makanan sehari-hari. Waktunya untuk melakukan itu!
7. Mendorong pengembangan dan pembudidayaan buah-buahan lokal di negeri sendiri. Kalau kita mengonsumsi lebih banyak jenis buah-buahan lokal, buah-buahan asal negeri sendiri, ini juga bisa mendorong para petani kita menanam lebih banyak variasi buah-buahan. Mengurus tanaman buah yang tahan bertahun-tahun tentu jauh lebih mudah daripada beternak ayam atau hewan lainnya untuk memenuhi protein masyarakat.
8. Kita bisa irit bahan bakar yang semakin langka dan mahal. Anda boleh menghitung keuntungan kalau Anda membiasakan diri makan lebih banyak buah-buahan dan mengurangi makanan-makanan yang perlu dimasak. Salah satu keuntungan yang paling jelas adalah irit bahan bakar; artinya saving kan.
Kita terlalu dininabobokkan oleh konsep empat sehat lima sempurna, ini iklan asal Amerika yang diadopsi oleh Soeharto; Indonesia menjadi pasar penjualan daging hasil peternakan besar-besaran di Amerika. Konsep vegetarian dan hidup sehat ditentang habis-habisan di Amerika oleh para kapitalis-peternakan sejak tahun 1970-an. Saya tidak perlu mengadopsi apalagi melakukan konsep empat sehat lima sempurna a la kepentingan pemilik ternak hewan yang banyak disuntiki antibiotik dan berbagai jenis obat-obatan itu.
Itu paling tidak tiga pertanyaan yang kadang-kadang muncul dalam pikiran saya.
Kalau sedang lapar, saya membayangkan nasi, sambal, sayur oseng dan tempe goreng. Alangkah enaknya semua ini apalagi masih hangat-hangat. Kami di rumah biasa makan nasi-merah dari ladang sendiri. Kalau pas beras merah habis, saya terpaksa makan nasi putih - rasanya tak enak dan saya pun kurang yakin dengan nutrisi beras putih itu.
Saya vegetarian dalam 13 tahun terakhir ini. Kadang saya masih makan telor (biasanya ayam kampung). Kalau sedang dalam perjalanan, kalau tak ada tempe atau tahu, saya makan telor ayam-oto/negeri.
Salah satu kelemahan saya adalah makan tidak teratur. Bisa saya bilang, jadwal makan saya super-kacau-balau. Untuk jangka panjang, ini tentu tidak bagus bagi kesehatan saya.
Saya punya kebiasaan makan kalau sudah sangat lapar. Ini membuat saya makan dalam porsi yang banyak. Lalu saya menjadi kekenyangan dan ngantuk.
Saya makan buah setiap hari, macam-macam jenisnya. Di satu sisi, otak saya masih dalam format: kalau tidak makan nasi, sambal dan tahu-tempe, belum lengkap. Di sisi lain, saya sebenarnya juga tahu bahwa tanpa makan nasi, sambal, tahu-tempe — hanya makan buah-buahan dan sayur segar yang organik saja pun — manusia bisa hidup.
Adam dan Hawa di Taman Eden kan nggak masak; mereka cuma makan buah-buahan. Iya kan! Jadi mengapa kita begitu obsesif haru makan makanan yang dimasak?
Keuntungan Makan Buah dan Sayur Segar:
1. Kita tidak merasa kekenyangan walau makan banyak buah seperti kalau kita kekenyangan makan nasi. Tadi malam, setelah agak kekenyangan, saya bilang pada diri saya, “Kalau begini nggak menarik. Enak saat makan saja. Setelah makan, perut saya begini malah terasa berat. Mulai besok, saya mau praktekkan makan makanan yang tak perlu dimasak saja.”
2. Menyiapkannya mudah dan cepat. Kalau harus masak kan, apalagi pagi-pagi, ribet. Musti ngulek sambal dan memerlukan banyak peralatan.
3. Sudah mengandung protein yang cukup untuk tubuh manusia. Jadi tak perlu kuatir saya akan kekurangan protein. Dalam beberapa bulan belakangan ini, kami mempraktekkan makan buah-buahan dulu sebelum makan nasi dan lauk-pauknya. Biasanya, saya juga jadi jarang serapan pagi pakai nasi dan lauk karena sudah makan sepiring beberapa jenis buah-buahan.
4. Mengandung enzim dalam kondisi bagus. Saya merasa tubuh saya tidak selincah yang saya mau; dugaan saya karena pola makan saya yang buruk dan juga enzim dalam makanan saya yang sudah saya masak rusak lebih dari separohnya. Makanan yang dimasak kalau masuk ke dalam tubuh, sebagian menjadi beban bagi tubuh; membuat badan dan bahkan pikiran lelah.
5. Daya tahan tubuh menjadi lebih bagus. Ini saya yakin. Saya mau membuat diri saya sebagai manusia-percobaan bagaimana rasanya dan hasilnya kalau saya hanya makan makanan yang segar, tanpa ada yang perlu dimasak. Dalam sehari bagaimana, seminggu lalu sebulan. Kalau bisa sukses dalam sebulan, saya yakin bisa sukses dalam setahun dan seterusnya?
6. Menemukan jenis buah-buahan lokal yang langka dan menambah variasi buah sebagai menu sehari-hari. Untuk apa saya harus memasak makanan saya kalau ada makanan-makanan yang sebenarnya justru lebih sehat dan bergizi tanpa dimasak? Saya pun belum mengeksplorasi berbagai macam buah-buahan lokal menjadi menu makanan sehari-hari. Waktunya untuk melakukan itu!
7. Mendorong pengembangan dan pembudidayaan buah-buahan lokal di negeri sendiri. Kalau kita mengonsumsi lebih banyak jenis buah-buahan lokal, buah-buahan asal negeri sendiri, ini juga bisa mendorong para petani kita menanam lebih banyak variasi buah-buahan. Mengurus tanaman buah yang tahan bertahun-tahun tentu jauh lebih mudah daripada beternak ayam atau hewan lainnya untuk memenuhi protein masyarakat.
8. Kita bisa irit bahan bakar yang semakin langka dan mahal. Anda boleh menghitung keuntungan kalau Anda membiasakan diri makan lebih banyak buah-buahan dan mengurangi makanan-makanan yang perlu dimasak. Salah satu keuntungan yang paling jelas adalah irit bahan bakar; artinya saving kan.
Kita terlalu dininabobokkan oleh konsep empat sehat lima sempurna, ini iklan asal Amerika yang diadopsi oleh Soeharto; Indonesia menjadi pasar penjualan daging hasil peternakan besar-besaran di Amerika. Konsep vegetarian dan hidup sehat ditentang habis-habisan di Amerika oleh para kapitalis-peternakan sejak tahun 1970-an. Saya tidak perlu mengadopsi apalagi melakukan konsep empat sehat lima sempurna a la kepentingan pemilik ternak hewan yang banyak disuntiki antibiotik dan berbagai jenis obat-obatan itu.
Limantina_sihaloho-kompasiana