Dalam beraktivitas seperti ini, kebutuhan naluriah balita akan selalu dia inginkan. Jika dia merasa haus atau lapar, tentu saja akan mencari ibunya untuk menyusui atau mencari botol minumnya. Selain itu juga kalau merasa ingin buang air, baik buang air kecil maupun buang air besar, baltia akan langsung melakukannya secara spontan. Dia tidak peduli soal waktu, lokasi dan situasi yang saat itu dihadapi. Tentu saja hal ini sesuatu yang normal dan patut diterima bagi orang tua balita tersebut. Kalau balita sudah buang air, maka orang tua atau pengawas balita tersebut harus cepat membersihkan baju atau celana yang dikenakan, kain alas berbaring atau lantai , sehingga balita dapat bersih dan merasa nyaman kembali. Bagi orang tua, tindakan membersihkan dengan cepat dapat menjamin lingkungan yang bersih, nyaman dan sehat, serta tidak bau.
Proses buang air oleh balita dan aktivitas mengganti celana atau kain ini dalam sehari bisa terjadi berulang kali. Hal ini memaksa para orang tua untuk memiliki bahan dalam jumlah yang mencukupi. Segera setelah kotor makan kain dan celana yang kotor ini hendaknya dicuci dan dikeringkan kembali sehingga dapat digunakan seterusnya. Kendala yang mungkin terjadi adalah jika berlangsung saat musim hujan. Kondisi udara yang dingin memungkinkan proses buang air oleh balita menjadi lebih sering terjadi, sementara proses pengeringan baju dan kain yang telah dicuci akan menjadi lebih lama.
Untuk mengatasi hal ini maka banyak orang tua memilih untuk membeli pampers bagi balitanya. Pampers ini dapat berupa lembaran kain dengan bahan spons yang berada di dalamnya. Bahan spons ini mampu menyerap air dan tidak tembus keluar. Pampers dibuat dengan tujuan pemakaian sekali pakai dan setlah itu harus dibuang (disposable). Dengan penggunaan pampers ini maka balita tetap dapat melakukan hajat hidupnya untuk buang air dengan leluasa, sementara kebersihan celana dan kain tetap terjaga kering. Tentu saja karena alasan kapasitas penyerapan spons pada satu pampers yang terbatas, serta alasan kesehatan, penggunaan pampers harus sering diikuti dengan pergantian setiap beberapa waktu tertentu. Jangan sampai pampers yang sudah terkena kotoran tetap dipakai sampai jangka waktu lama, karena akan menyebabkan banyak bakteri dan jamur datang, serta mungkin mengakibatkan terjadinya iritasi pada kulit balita.
Mengingat alasan kepraktisan penggunaan pampers ini maka banyak orang tua sekarang ini memilih untuk menggunakan produk ini. Dari sini jelas kegiatan mencuci celan dan kain balita menjadi berkurang. Kegiatan membersihkan alas tidur dan lantai juga lebih mudah daripada saat balita tidak menggunakan pampers. Hal yang kemudian menjadi tidak disadari adalah penggunaan pampers ini bisa menjadi kebiasaan rutin dan dianggap harus digunakan balita sepanjang waktu selama 24 jam. Kebiasaan ini bila ditinjau dari kesehatan sebenarnya tidak baik, karena gerak balita biasanya menjadi kurang nyaman, serta sirkulasi kontak udara untuk bagian tubuh yang tertutup pampers menjadi kurang. Apalagi jika orang tua lalai untuk menjaga bagian tubuh balita tetap kering dan tidak lembab. Efek yang paling mungkin adalah terjadinya iritasi pada kulit di daerah pinggang atau paha bayi.
Di masyarakat, isu penggunaan pampers banyak menjadi bahan pertanyaan karena banyak dugaan negatif yang memang sangat mungkin. Dari beberapa forum diskusi online dan Yahoo Answer ada ulasan yang terkait hal ini.Contoh isu yang ada adalah :
anak laki2 kalo terlalu sering pake pampers/nappy/diaper akan berpengaruh pada sistem reproduksinya kelak, soalnya testisnya kan panas jadi produksi spermanya (Komentar : bayi apa sudah bisa menghasilkan sperma ya ???)
Bisa bikin anak jalannya ngengkang (Komentar : ini mungkin kalau pakai pampersnya ekstra size, tetapi sebenarnya lebih sering kalau digendong dengan kaki terbuka, CMIIW)
Bisa bikin kaki anak berbentuk O (Komentar : ini relatif mirip yang atas)
Penggunaan pampers untuk balita ini hendaknya menjadi perhatian para orang tua, khususnya untuk memilih waktu-waktu tertentu saja. Jadi pampers bukan untuk digunakan terus menerus selama 24 jam. Mungkin perlu dipilih waktu saat pagi hari dimana balita sehabis mandi untuk diajak beraktivitas pagi, saat ada tamu berkunjung, saat balita diajak keluar untuk bepergian. Di luar masa-masa itu, balita lebih baik untuk menggunakan popok atau celana kain biasa.
Dengan menerapkan kebiasaan ini, selain pertimbangan kesehatan, sebenarnya ada alasan lain yang mungkin dapat menjadi pertimbangan. Penggunaan pampers terus menerus akan menyebabkan pengeluaran semakin banyak. Jika dikurangi maka uang pengeluaran dapat dialihkan untuk pembelian susu atau makanan bayi saja.
Manfaat lain pengurangan penggunaan pampers adalah dari sisi lingkungan. Seperti diketahui, bahwa bahan spons pada pampers terbuat dari polimer yang relatif tidak mudah terdegradasari. Padahal setiap pampers selesai digunakan, akan langsung dibuang begitu saja. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan. Kalau langkah penggunaan pampers dapat diatur seperlunya saja dengan diselingi penggunaan celana maka akan dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan.
Kalau sudah seperti ini mungkin secara tidak disadari akan memberikan pemahaman lingkungan yang baik bagi para orang tua. Setelah itu bagi balita tersebut mungkin dapat terus ditumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga setelah besar nanti juga memiliki kepedulian yang tinggi juga. Catatan khusus adalah sampai saat ini tidak hasil kajian yang menunjukkan perbedaan fisik dan prestasi balita hanya karena faktor penggunaan pampers.